Saya telah menyelesaikan Resensi Buku Jang Oetama... dan kali ini saya mau berbagi nih... gratis, asal jangan bajak nama penciptanya ajah yah...
Jika kalian cari Resensin Buku Jang Oetama silahkan lihat ajah DISINI... dalam Bentuk MS.Word saya sudah Upload Via Google Drive...
Tolong di ingat yah.. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang...
semoga bermanfaat...
Wassalamualaikum, WR.WB.
===========\\//=============
===========\\//=============
TUGAS SEJARAH
RESENSI JANG OETAMA
Jejak Dan Perjuangan H.O.S.
Tjokroaminoto
Karangan Aji Dedi Mulawarman
DISUSUN OLEH :
Ø Muhammad Gilang Permana
Ø Muhammad Ruslan Asyari
Ø Muhammad Hisni Mubarok
Ø Ade Alpiansyah
MADRASAH ALIYAH NEGERI ( MAN ) 1 SUKABUMI
Jln.
Suryakencana Km.2 PO BOX 11 Telp (0266) 531205 Cibadak – Sukabumi
RINGKASAN
PERJUANGAN H.O.S. TJOKROAMINOTO
A.
Data Buku
a.
Judul
Buku : Jang Oetama jejak dan
perjuangan H.O.S. Tjokroaminoto
b.
Penulis :
Aji Dedi Mulawarman
c.
Penyunting : Sigit Suryanto
d.
Perancang
Isi : Amir Hendarsah
e.
Ilustrator : Novan Edo
f.
Penerbit : Galang Pustaka
g.
Terbitan : I, 2015
h.
Dimensi : 140 x 205 mm; xvi + 256 halaman
i.
Harga
buku : Rp.64.000,00
B.
Ikhtisar Buku
“Kongres yang terhormat, ini merupakan suatu
kehormatan besar bagi saya, bahwa pada saat ini, berkat rahmat Allah, saya
dapat memimpin rapat besar ini yang dihadiri oleh para pejabat terkemuka,
saudara-saudara yang tercinta, wakil-wakil dari locale SI dari berbagai daerah,
serta tuan-tuan dan saudara-saudara lainya, yang semuanya hadir disini. Atas
nama CSI, dengan ini saya mengucapkan selamat dating dan Assalamu’alaikum…”
Itulah sedikit cuplikan pidato H.O.S.
Tjokroaminoto pada pembukaan Kongres Rapat Akbar Sarekat Islam, tanggal 17 Juni
1916 di Bandung. H.O.S. Tjokroaminoto atau Pak Tjokro representasi tokoh yang
pertama kali mendengungkan secara terbuka ide pemerintahan Zelbestuur (merdeka di tanah sendiri) atau Kemerdekaan Nasional.
Disamping rapat akbar, acara kongres juga dilaksanakan dengan agenda pawai
keliling di titik keramaian Kota Bandung dan pesta rakyat.
Ideologi
Islam, dan Sosialisme Islam Pak Tjokro untuk mendrikan Zelbestuur yaitu dengan merangkul masyarakat untuk bergabung dalam Partai
Sarekat Islam (SI). Masyarakat mulai sadar akan nasib dan masa depan dirinya
serta keinginan bebas dari kuasa asing, Belanda. Dari awalnya hanya
beranggotakan 2.000 anggota dan menyapai puncak pada tahun 1919 dengan anggota
2.500.000 orang.
Tjokroaminoto
adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno,
seorang pangreh praja dengan pangkat Wedana di Kleco, Madiun. Berdasarkan
silsilah keluarganya ia memiliki darah kiai dan priayi. Buyutnya seorang ulama
Kiai Bagoes Kesan Besari, pemilik pesantren di Tegal Sari, Ponogoro.
Tjokro
kecil dipanggil dengan nama Oemar Said. Orang tuanya berharap Oemar Said
menjadi penerus tradisi priayi (tunduk pada kekuasaan Belanda). Sehingga Oemar
Said di sekolahkan di OSVIA (Sekolah Calon Pegawai Bumiputra).
Demi
menyatukan Rakyat kecil, Pak Tjokro menanggalkan baju priayinya. Ia turun ke
bawah dan membangun pergerakan lewat kesenian dengan membentuk Tentara Kanjeng
Nabi Muhammad dan kelompok kesenian Jawa Dwipa. Melaui budaya itulah, public
merasa dekat dengan dan benar-benar di ayomi oleh Pak Tjokro. Berkat kesungguhan
dan keberanianya, mereka menyebut Pak Tjokro sebagai “Jang Oetama”.
Peneleh,
merupakan rumah Pak Tjokro bersama keluarga. Tepatnya di jalan Peneleh VII No.
29 – 31 Surabaya. Pak Tjokro bekerja di pabrik dan setelah memimpin Sarekat
Islam tidak banyak memiliki penghasilan, selain menulis di surat kabar ia juga
mengelola suratnya sendiri, salah satunya Oetoesan
Hindia serta berdikari melalui Koperasi Setia Oesaha. Istriny membuka
kos-kosan untuk mendapatkan tambahan. Salah satu anak kosnya adalah Soekarno.
Soekarno menjuluki
rumah ini sebagai Dapur Nasionalisme. Karena di rumah inilah Pak Tjokro
melakukan pengaderan untuk menggodok putra-putra terbaik bangsa secara langsung
maupun tidak langsung. Dan bahkan rumah ini menjadi symbol lahirnya guru
bangsa. Pak Tjokro bersama ayah Soekarno telah berdiskusi tentang pengaderan
Soekarno.
Sosok
Bu Soeharsikin sebagai pendamping Pak Tjokro sejak menikah sampai meninggalnya
tahun 1921. Pribadi wanita Jawa waktu itu, lembut tutur kata, selalu patuh, dan
berusaha memahami karakter suaminya.
Pak
Tjokro merupakan anak zamanya, melanjutkan hidup sebagaimana tampak di depan
mata. Pertama, perilaku pasrah
masyarakat awam terhadap situasi tertindas, terjajah dan menjadi dari
kolonialisme Belanda. Perilaku pasrah ini menjadi epresi tak berkesudahan
selama berabad-abad di Nusantara. Kedua,
perilaku para priayi dan ambtenaar untuk mempertahankan kenikmatan hidup dengan
cara menjadi “penjilat” pada Belanda sekaligus menginjak “wong cilik”. Seperti
itulah pilihan hidup waktu itu. Akan tetapi Pak Tjokro memilih jalan ketiga, yaitu jalan pergerakan. Pak
Tjokro terkenal di kalangan Belanda karena sikap radikalnya melawan
kebiasaan-kebiasaan tak bermartabat masyarakat kala itu. Perlawanan terhadap
Belanda mulai muncul setelah nafsu monopoli dagang dan keinginan menjadikan
Nusantara menjadi koloni atau daerah jajahan mulai ketika belanda menduduki
Jayakarta yang kemudian dengan semena-mena diubah menjadi Batavia. Monopoli
tidak berhenti di Jayakarta, tetapi juga merambah ke barbagai daerah Nusantara.
Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram berusaha menghalangi penjarahan
Belanda dengan mengirim pasukan ke Batavia tahun 1625 dan tahun 1629. Gerakan
Islam yang peduli terhadap kemerdekaan Negeri dan pembebasan terhadap dominasi
Eropa, selain pemurnian atau furifikasi Islam, sebenarnya juga telah dilakukan
oleh gerakan Tasauf. Pengaruh gerakan tasauf yang paling kuat terhadap gerakan
Nasional dan perlawaan terhadap Eropa adalah dari aliran Tarekat Naqsabandiyah.
Dan masih banyak yang lainya yang telah tercatat. Dari pengaruh gerakan-gerakan
tersebut yang merasuk ke batin Pak Tjokro adalah Mustafa Kamil dari Mesir. Yang
pada waktu itu Mustafa Kamil menuntut kemerdekaan dari Inggris.
Dari
sinilah Pak Tjokro mulai mengikuti berbagai pergerakan Partai-partai yang ada,
dan salah satu partai yang menjadi fokus Pak Tjokro adalah Sarekat Islam (SI) beliau di angkat
menjadi ketua partai. Partai yang awalnya dirasa banyak kekurangan mulai
dibenahi, dari yang di mulai dari administrasi. Melalui partai inilah ia mulai
berjuang dengan anggotanya. Dan berhasil menjadi partai terbesar di Nusantara,
dan memiliki banyak cabang di berbagai daerah.
C.
Kelebihan dan Kekurangan
v Kelebihan
Buku yang
memperkenalkan tokoh seorang yang menciptakan kemerdekaan lewat orang-orang
yang berhasil dididik mejadi seorang pendiri kemerdekaan bagi Indonesia.
Menjelaskan perjuangan H.O.S. Tjokroaminoto yang berusaha memperjuangkan
kebebasan hingga perjuangannya di lanjutkan oleh anak didiknya yang kini telah
berhasil menjadikan Indonesia merdeka.
v Kekurangan
Didalamnya
masih banyak kesalahan pengetikan, namun tidak terlalu mencolok. Penyampaiannya
cukup membuat penasaran, namun membuat bosan di awal-awal bab.
D.
Kesimpulan
Buku Jang Oetama Jejak
dan Perjuangan H.O.S. Tjokroaminoto mengungkapkan bukti-bukti bahwa dalam tubuh
SI terindikasi kuat merupakan bagian dari scenario besar Belanda. Pak Tjokro
sadar aka intervensi penjajah itu, maka ia memercayakan Soekarno untuk
memerdekakan bangsa ini. Putra sang Fajar yang sejak awal dititipkan di rumah
Peneleh ini memang dipersiapkan untuk membebaskan ibu pertiwi dari belenggu
penjajah.
Tokoh tersebut memiliki
banyak contoh yang patut untuk diteladani dan caranya membangun kekokohan
masyarakat melewati berbagai cara yang di tempuh namun tidak menyalahi aturan
yang berlaku di masa itu.
0 komentar:
Posting Komentar